Di sebuah kesempatan ketika penulis mengadakan perjalanan ke Korea Selatan bersama grup Nikko Sekuritas, pada akhir tahun 2018 lalu, ketika harga saham turun sangat tajam, ditandai dengan turunnya IHSG hampir 5% sehari, dan melemahnya rupiah ke kisaran 15.000 rupiah per Dollarnya, penulis berkesempatan bertemu dengan seorang investor, pak Abeng namanya, penulis sempat mengobrol ketika menunggu hendak naik bus untuk tour keliling ke pulau Jeju.
Pak Abeng adalah investor saham kawakan, beliau bercerita bahwa ia sedang mengakumulasi saham Garuda Indonesia dengan jumlah yang sangat banyak, ketika itu harga saham Garuda hanya berkisar 200 rupiah per lembar sahamnya, dan berada dalam trend sideways yang sangat panjang, dan luar biasanya hampir semua dana sahamnya dialokasikan di saham tersebut, penulis sempat bertanya alasan membeli saham tersebut.
Alasannya hanya satu, Garuda adalah BUMN sehingga menurut beliau tidak mungkin mati, dan beliau bersedia menunggu tidak perduli laporan keuangannya untung ataupun rugi, dan menurut beliau, beliau hanya mau mengakumulasi saham saham yang sedang mengalami penurunan dalam, serta sangat menghindari saham yang naik tinggi.
Seperti kita ketahui di awal Februari 2019 ini harga saham Garuda sudah melambung menyentuh 500 rupiah per lembar sahamnya, atau naik lebih dari 100% bisa dibayangkan betapa besarnya keuantungan yang diterima oleh pak Abeng.
Investasi saham pada dasarnya harus memiliki keyakinan, apapun alasannya, baik pertimbangan fundamental ataupun terknikal, sehingga kita tidak goyah ketika badai menerpa, yang sering terjadi kita terburu buru membeli saham di harga tinggi dan akhirnya nyangkut, karena prinsip bermain saham intinya adalah "beli bawah jual di atas", tetapi prinsip itu sering terlupakan, oleh salah satu sifat manusia yang paling dasar yaitu.. keserakahan.
HAPPY CUAN
Alligator trader
Selamat Berinvestasi !!
Jumat, 22 Februari 2019
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar